Polsek Batang Cenaku Tangkap Komplotan Pelaku Narkoba
05 September 2025
BATAM (SULUHONLINE)-Sehari menjelang peringatan Tragedi Penggusuran Masyarakat Rempang, Warga Pulau Rempang berziarah ke Lubuk Lanjut, Jumat, 6 September 2024. Tempat ini diyakini sebagai titik awal permukiman masyarakat di Pulau Rempang.
Mereka datang berkunjung ke kampung lama yang terletak di sebelah Kampung Pasir Panjang, Kelurahan Rempang Cate, Kecamatan Galang di Pulau Rempang. Mereka berziarah pada sore hari.
Kunjungan ini menandai gerak awal warga memperingati momen bentrok karena berupaya memertahankan kampung. Upaya setelah adanya aparat yang masuk untuk melakukan pengukuran tata batas lahan di Pulau Rempang pada 7 September 2023.
Di sana, warga menziarahi makam leluhur mereka. Mendatangi satu per satu makam, menyiraminya dengan air dari ceret besar yang mereka bawa. Warga juga berdoa, berharap ruh leluhur yang telah mendahului mereka turut serta berjuang menjaga kampung dari ancaman penggusuran.
Momen ini dirasa penting sebagai Langkah untuk kembali dekat dengan asal mereka. Berjuang menjaga kampung dengan semangat perjuangan seperti sebelumnya dilakukan leluhur mereka ketika menjaga Pulau Rempang.
"Kepade malaikat, kepade Allah, kita minta, mudah-mudahan batallah proyek Rempang Eco City ini. Mudah-mudahan kampung kami tetaplah utuh seperti sedia kala. Bersama arwah datok nenek moyang kami. Kabulkanlah hajat kami ini semuanya," kata Muhammad Sani (64), satu dari warga yang hadir dalam agenda ziarah warga Rempang ini.
Bagai Ibu
Bagi warga, tanah di Pulau Rempang bagai ibu. Pemberi kasih sayang pada mereka. Tanah adat yang diwariskan dan menjadi identitas mereka sebagai orang Melayu.
Beberapa warga tampak larut dalam kesedihan. Salah satunya Muhammad Saleh. Ia menangis tak lama setelah tiba di Lubuk Lanjut.
Sambil memandang batu nisan yang tertindih oleh akar Pohon Ara di lokasi pemakaman, ia sampaikan bahwa makam-makam yang tersebar di Kawasan ini adalah jejak keberadaan nenek moyangnya dulu. Ia tak habis pikir pemerintah tidak menganggap mereka ada, padahal bukti keberadaan masyarakat di Pulau Rempang begitu nyata.
Peradaban masyarakat Melayu di Pulau Rempang sudah lebih dulu ada. Jauh sebelum Indonesia.
Pada 7 September 2023 lalu, masyarakakat Pulau Rempang terlibat bentrok dengan 1.010 apparat gabungan yang memaksa masuk. Warga yang takut kehilangan kampung, menolak dengan melakukan perlawanan.
Aparat yang hadir kemudian merespon dengan menghujani warga dengan gas air mata dan peluru karet. Petugas juga menangkap tujuh warga yang dianggap melawan, menjadikan mereka tersangka sebelum akhirnya dibebaskan.
Meskipun demikian, warga terus memberikan perlawanan, sampai malam. Menahan laju gerak petugas dengan pealatan seadanya. Sepanjang sekira 29 Kilometer jauhnya. Melawan gas air mata yang terus menyerang mereka.
Lebih lanjut, Sani mengapresiasi gerak serta masyarakat Indonesia dari berbagai penjuru, membersamai perjuangan warga Pulau Rempang. Dukungan itu membuat warga tetap bertahan meski mereka terus berada dalam tekanan dan intimidasi.
"Kami masyarakat Pulau Rempang ini sangat berbesar hati pada bantuan dari saudara mara dari sudut seluruh Indonesia ini, membela tanah Rempang ini. Karena mereka semua tahu Rempang ini bukan dua tiga hari." (rls)
SULUHONLINE.ID (RENGAT BARAT) – Kepolisian Resort (Polres) Indragiri Hulu,Polda Riau bersama Pe
SULUHONLINE.ID (INHU) – Empat orang pria yang diduga terlibat dalam jaringan peredaran sabu di
SULUHONLINE.ID (AIR MOLEK) - Penjabat (PJ) Sekretaris Daerah
SULUHONLINE.ID (AIR MOLEK) – Perusahaan perkebunan kelapa sawit PT Tunggal Perkasa Plantations
SULUHONLINE.ID (LUBUK BATU JAYA) – Penjabat (PJ) Sekretaris Daerah Kabupaten Indragiri Hu
SULUHONLINE.ID ,(RENGAT),–Lima Jabatan Kepala Kepolisian S