PEKANBARU (SULUHONLINE)-Seiring arus Sungai Siak mengalur ke Selat Malaka, proses Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Siak 2024 juga meluncur sesuai jadwal. Saat ini, tahapannya mulai memasuki ingar-bingarnya kampanye.
Pasangan Calon Bupati Irving dan Wakil Bupati Sugianto memiliki visi relatif ambisius untuk Kabupaten Siak. Tetapi, tampaknya penekanan terhadap isu lingkungan belum terlalu terlalu terdalami oleh tim mereka, sebagaimana juga sering terjadi pada pasangan-pasangan lainnya.
Di Kabupaten Siak, tantangan lingkungan bukanlah masalah sepele. Wilayah ini dikenal akan kekayaan alamnya berupa hutan, sungai dan keanekaragaman hayati yang luar biasa. Namun, realitas yang dihadapi masyarakat sering kali berbeda.
Pembalakan liar, perambahan lahan untuk perkebunan dan pencemaran sungai telah menjadi ancaman nyata bagi ekosistem lokal dan kehidupan sehari-hari warga. Dari petani yang bergantung pada kesuburan tanah hingga nelayan yang mengandalkan kebersihan sungai, semua merasakan dampaknya.
Irving yang selama ini tunak menjadi aparatur sipil negara di Kabupaten Siak bersama Sugianto yang dikenal sebagai politisi berpengalaman dan pernah menjabat ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Riau mengusung ide besar: mengembangkan Siak sebagai forest city. Ide ini bukan sekadar jargon menarik, tetapi merupakan pendekatan holistik yang mengintegrasikan pengelolaan lingkungan dengan pembangunan infrastruktur.
“Kita harus mampu menjadikan Siak tempat yang ramah bagi lingkungan dan warganya. Hutan tidak hanya tempat tumbuhnya pohon, tetapi juga sumber kehidupan dan penghidupan,” ungkap Irving dalam sebuah pertemuan di balai desa yang dihadiri ratusan warga.
Forest city merupakan konsep yang menjanjikan harmoni antara pembangunan dan pelestarian lingkungan. Namun, seiring dengan pengenalan ide tersebut, muncul pertanyaan mendalam mengenai realisasi dari visi itu.
Sebagai kabupaten yang telah memiliki kebijakan pembangunan berkelanjutan dan tertuang dalam Peraturan Daerah No 4 Tahun 2022 tentang Siak Hijau, Perkumpulan Elang, salah satu organisasi masyarakat sipil yang fokus dalam isu lingkungan dan keadilan iklim di Riau khususnya Kabupaten Siak, menilai para calon bupati/wakil bupati harus memiliki perhatian khusus terhadap isu lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam berbasis masyarakat yang menjadi ruh dari kebijakan Siak Hijau.
“Kita ingin siapapun yang menjadi bupati dan wakil bupati ke depan harus memiliki paradigma pembangunan berkelanjutan dan memperhatikan isu lingkungan serta pengelolaan sumber daya alam berbasis masyarakat di Kabupaten Siak yang selama ini telah termuat dalam kebijakan Siak Hijau,” ujar Besta Junandi, Direktur Perkumpulan Elang.
Paradigma
Perkumpulan Elang mencoba merangkum visi misi calon bupati dan wakil bupati Siak dan melihat bagaimana paradigma pembangunan berkelanjutan serta isu lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam berbasis masyarakat pada visi misi maupun program kerja yang ditawarkan oleh calon bupati dan wakil bupati Siak.
Besta selanjutnya menyampaikan catatan kritis pihaknya tentang rencana tersebut. “Forest city adalah langkah positif, tetapi harus disertai dengan solusi konkret untuk banyak tantangan yang ada,” ujarnya, Jumat, 27 September 2024.
Ia mengingatkan bahwa merealisasikan visi ini bukan hanya sekadar ide indah, tetapi juga membutuhkan tindakan nyata untuk mengatasi masalah yang selama ini mengganggu kesejahteraan masyarakat.
Dalam sebuah pertemuan yang dihadiri oleh ratusan warga, Sugianto, mantan kepala desa yang akrab dengan rakyat, berbagi pengalaman tantangan yang dihadapi petani lokal terkait lahan. “Tidak ada pembangunan berkelanjutan tanpa menyelesaikan konflik lahan. Ini adalah masalah yang harus ditangani dengan serius jika kita ingin mengubah nasib masyarakat,” katanya.
Saat waktu pemilihan semakin mendekat, satu hal menjadi jelas: pasangan Irving-Sugianto menghadapi tantangan yang tidak mudah. Namun, di tengah tantangan itu, kesempatan untuk membangun pilar keberlanjutan di Siak ada di tangan mereka. Banyak mata kini tertuju kepada mereka, menunggu tindakan konkret yang akan membuktikan bahwa mereka bukan sekadar mengandalkan kata-kata manis.
Selanjutnya, pasangan calon nomor urut 1 ini membawa visi Terwujudnya Kabupaten Siak yang Handal, Elegan, Berbudaya Melayu, Agamis, Transparan (HEBAT). Visi ini dijabarkan ke dalam enam misi dan 77 program yang dibagi ke dalam sembilan bidang. Mulai dari bidang pendidikan, kesehatan, kepemudaan dan olahraga, ekonomi dan infrastruktur. Selanjutnya, budaya dan pariwisata, agama dan sosial, pelayanan masyarakat, hingga hukum dan keamanan.
Elang melihat, tidak ada bidang khusus terkait lingkungan yang dijabarkan oleh pasangan calon ini. Dari enam misi yang disusun, ada satu misi yang dikaitkan dengan isu lingkungan, yakni pada misi nomor 2: Mewujudkan penataan pembangunan yang elegan, elok, rapi, partisipasif, berwawasan lingkungan (forest city), guna menciptakan daya tarik tersendiri sebagai ciri khas dan kerakter daerah.
Irving dan Sugianto menegaskan dalam misi ini yang dimaksud dengan berwawasan lingkungan adalah forest city. Mengacu pada berbagai literasi, bahwa forest city pembangunan perkotaan dengan konsep mengelola dan menjaga ekosistem hutan guna mengantisipasi permasalahan lingkungan seperti perubahan iklim, bencana, keanekaragaman hayati serta polusi.
Konsep Sempit
Konsep ini tentu terlalu sempit jika terkait dengan isu lingkungan di Kabupaten Siak, karena Kabupaten Siak bukan hanya Kota Siak Sri Indrapura. “Isu perhutanan sosial, pengelolaan gambut maupun mangrove yang notabene berada di wilayah desa belum memiliki cantolan dalam misi yang diajukan pasangan Irving dan Sugianto,” lanjut Besta.
Akan tetapi pada bagian program yang ditawarkan, Perkumpulan ELang melihat ada beberapa program menarik yang terkait dengan isu lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam berbasis masyarakat, di antaranya:
Pertama: Pemetaan potensi baru pertambangan, kehutanan, perkebunan, pertanian, perikanan, peternakan, pariwisata dan potensi lainnya yang berbasis ekonomi kerakyatan,
Kedua: Meningkatkan dan mengembangkan UMKM sebagai basis perekonomian masyarakat,
Ketiga: Membangun entrepreneurship center dengan prinsip satu kampung/kelurahan satu komoditi,
Keempat: Pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Taman Layak Anak di setiap kecamatan,
Kelima: Meningkatkan infratrusktur dan sistem pengelolaan dan pengolahan sampah,
Keenam: Meningkatkan peran pemerintah dalam menyelesaikan persengketaan lahan masyarakat,
Dengan harap-harap cemas, masyarakat Siak ke depan masih menanti realisasi dan penerapan praksis dari visi misi mereka. Akankah Irving dan Sugianto mampu menjawab seruan perilaku yang lebih ramah lingkungan? Waktu yang akan membuktikan dan setiap langkah mereka akan direnungkan oleh warga yang menunggu perubahan sejati. ***