PEKANBARU (SULUHONLINE.ID) - KASUS positif Covid-19 di Kota Pekanbaru terus mengalami kenaikan. Ada enam kelurahan kini dalam kategori zona merah atau pada risiko tinggi penularan Covid-19. Enam dari 83 kelurahan di ibukota Provinsi Riau ini yang berada dalam kategori zona merah adalah Kelurahan Tampan, Delima, Rejo Sari, Sidomulyo Timur, Air Hitam, dan Labuh Baru Timur. Di luar ini adapula 15 kelurahan yang masuk ke dalam zona oranye atau risiko penularan sedang.
Sementara, 40 kelurahan berada pada zona kuning dengan risiko rendah, dan 22 kelurahan lainnya berada pada zona hijau atau tidak terdampak. Hal ini berdasarkan data yang di rilis Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, Ahad (6/2). Tren kenaikan kasus Covid-19 di Pekanbaru ini berbanding lurus dengan kenaikan kasus yang juga terjadi se-Indonesia. Diperkirakan, Februari dan Maret 2022 ini akan menjadi puncak kenaikan kasus tersebut.
Wali Kota (Wako) Pekanbaru H Firdaus, Senin (7/2) lalu usai mengikuti video conference (vidcon) bersama Presiden RI Joko Widodo dan dilanjutkan dengan vidcon bersama Kapolda Riau Irjen Pol M Iqbal menyampaikan bahwa dirinya menerima arahan penanggulangan kondisi kenaikan kasus Covid-19 dari presiden. "Waspada, waspada, waspada. Itu arahannya (presiden, red). Presiden juga menginstruksikan pada kapolres, dandim dan semuanya untuk mempercepat vaksinasi. Kawal disiplin protokol kesehatan," jelasnya.
Se-Indonesia, kata dia, ada 10 provinsi dan 10 kota yang jadi perhatian karena peningkatan kasus Covid-19, termasuk Pekanbaru. "Intinya kita harus lebih waspada lagi karena apa yang dilaporkan oleh gubernur DKI, di DKI sendiri yang terpapar dalam jumlah lebih banyak dari Covid-19 varian Delta yang lalu. Namun tingkat daya rusak Omicron ini lebih rendah, bukan berarti tidak ada yang fatal. Ada terutama lansia," paparnya.
Oleh karena itu, capaian vaksinasi dan penerapan protokol kesehatan yang ketat, sambung Firdaus, tetap jadi kunci. "Oleh sebab itu vaksinasi dan prokes itulah strategi. Itu diingatkan semua," imbuhnya.
"Sekarang ini pemetaannya klaster keluarga. Juga ada yang dari luar. Ini juga kami melacaknya. Untuk tracing tingkat kesulitannya 1 berbanding 14. Kalau klaster keluarga, kami tidak bisa melacak banyak," urainya.
Saat ini pula, Satgas Covid-19 Kota Pekanbaru melakukan pengecekan secara acak terhadap penumpang di Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II. Ini mengingat tingginya intensitas penerbangan dari Jakarta menuju Pekanbaru.
"Penerbangan Jakarta-Pekanbaru sudah banyak. Dengan Jakarta posisi tinggi juga jadi jalan masuk. Dua hari lalu kami ambil sampel acak dari penerbangan yang masuk 10 persen. Kami menemukan juga yang reaktif dan positif," jelasnya.
Dalam pada itu Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Kota Pekanbaru dr Zaini Rizaldi kepada Riau Pos mengatakan, saat ini terdeteksi ada satu kasus Covid-19 varian Omicron di Pekanbaru.
"Ini dari DKI Jakarta. Satu orang dari Jakarta Selatan ke Pekanbaru mau bekerja di salah satu perusahaan. Namun karena sebelum masuk diharuskan PCR, didapati positif," jelasnya.
Kepastian satu kasus positif Omicron ini diketahui Jumat (4/2) lalu. "Kemudian dirujuk ke litbang kesehatan pusat dan kemarin Jumat keluar surat yang menyatakan positif Omicron," imbuhnya.
Sejauh ini, dari Kota Pekanbaru sudah dikirimkan 132 sampel ke litbangkes pusat untuk memastikan apakah probable Omicron memang benar dinyatakan positif Omicron.
"Sampai saat ini kami sudah mengirimkan 123 sampel probable Omicron, baru satu keluar hasilnya, " imbuhnya.
Terkait naiknya kasus dalam sepekan terakhir, dijelaskan dr Bob, begitu Kadiskes Pekanbaru ini akrab disapa, ini mayoritas berasal dari klaster keluarga dan dari luar kota.
"Memang seperti yang disampaikan beberapa waktu lalu oleh pusat, diprediksi peningkatan kasus akan terjadi di Februari dan Maret. Ini sudah mulai dalam beberapa hari ini. Pekan lalu kasus mulai meningkat. Ini dari tracing kami, mayoritas klaster keluarga dan kontak erat. 40 sampai 50 persen dari kontak erat. Kemudian klaster keluarga ini didapat dari orang yang pulang dari luar kota. Inilah yang harus kita antisipasi," urainya.
Dia melanjutkan, pemantauan terhadap lalu lintas keluar masuk masyarakat dari dan ke Pekanbaru juga dilakukan. "Kami sudah melakukan beberapa kegiatan. Di antaranya melakukan rapid test random di pintu masuk bandara, pelabuhan, terminal. Di bandara kemarin 26 orang dites, satu reaktif ditindaklanjuti ternyata benar positif. Inilah yang kami antisipasi," ujarnya.
50 Rumah Sakit Disiapkan di Riau
Gubernur Riau (Gubri) Syamsuar mengimbau masyarakat tidak panik menyusul meningkatnya Covid-19 varian Omicron di Tanah Air, termasuk di Riau.
"Kami imbau masyarakat tidak panik. Apalagi yang sudah divaksin in sya Allah akan memiliki imun yang lebih kuat," ucap Gubri usai mengikuti arahan Presiden Joko Widodo secara virtual terkait meningkatnya kembali kasus Covid-19 di Tanah Air dengan munculnya varian baru, yakni Omicron, Senin (7/2) siang.
Gubri menjelaskan, paling tidak ada dua hal yang diinstruksikan Presiden. Pertama, percepatan vaksinasi di seluruh daerah. Kedua, perlunya penegakan protokol kesehatan (prokes).
"Yang paling penting dari prokes itu menurut Bapak Presiden adalah memakai masker. Jadi, jangan kita anggap remeh masker ini, karena bisa melindungi kita dari Covid-19," tegas Gubri.
Terkait Provinsi Riau, Gubri meminta 50 rumah sakit yang menjadi rujukan pasien Covid-19 untuk bersiap. "50 rumah sakit yang jadi rujukan harus stand by. Obat-obatan harus siap, oksigen, begitu juga ruang ICU," harap Gubri.
Gubri meminta petugas kesehatan untuk proaktif memantau kondisi masyarakat sekitar. Jika ada yang positif Covid-19 tapi tanpa gejala atau OTG, silakan melakukan isolasi mandiri di rumah.
"Tapi kalau gejala ringan, sebaiknya melakukan isolasi ke tempat-tempat yang sudah disiapkan oleh pemerintah (isoter) agar mudah dikontrol," ucap Gubri lagi.
Baik pasien yang tanpa gejala maupun yang gejala ringan, harus dikontrol dan disiapkan obat-obatannya oleh petugas kesehatan. "Dinas kesehatan atau petugas dari Puskesmas harus aktif memantau," pinta Gubri.
Sementara bagi pasien Covid-19 dengan gejala sedang dan berat, harus dibawa ke rumah sakit rujukan. "Makanya saya minta 50 rumah sakit itu harus stand by agar tidak ada masyarakat kita yang tak terlayani," tegas Gubri.
Sejauh ini vaksinasi Covid-19 tahap satu di Provinsi Riau sudah mencapai 88,3 persen. Sementara vaksinasi tahap kedua sudah mencapai 58,12 persen. "Bapak Presiden minta tahap kedua itu harus di atas 70 persen. Makanya harus ditingkatkan lagi," ucap Gubri.
Sementara itu, pasien positif Covid-19 di Riau per hari Senin (7/2) bertambah 88 orang. Plt Kepala Dinas Kesehatan Riau Masrul Kasmy mengatakan, dengan penambahan tersebut, total penderita Covid-19 di Riau sebanyak 129.327 orang.
"Sementara itu, untuk pasien yang sembuh bertambah 14 orang, sehingga total 124.507 orang yang sembuh," katanya.
Untuk kabar baiknya, tidak terdapat pasien positif Covid-19 yang meninggal dunia. Sehingga total pasien yang meninggal akibat Covid-19 di Riau tetap 4.125 orang.
Dari total pasien positif Covid-19 Riau, yang menjalani perawatan di rumah sakit 61 orang. Sementara yang menjalani isolasi mandiri sebanyak 634 orang.
"Sehingga saat ini jumlah kasus aktif Covid-19 di Riau baik yang masih menjalani perawatan di rumah atau isolasi mandiri sebanyak 695 orang," ujarnya.
Suspect Muncul di Meranti
Kabupaten Kepulauan Meranti berpotensi timbulnya kasus Covid-19 baru, pascanihil sebaran sejak Oktober 2021 silam. Pasalnya awal pekan lalu, dari informasi yang diterima Riau Pos melalui Plt Kadiskes Meranti M Fahri SKm melalui Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Zulham Efendi SKm, telah mendapati seorang suspect.
"Akhir pekan kemarin kami mendapati seorang suspect dari Tanjung Samak Kecamatan Rangsang. Untuk sampel telah kami kirim. Hasil PCR belum keluar dan kami masih menunggu," ujarnya, Senin (7/2) siang.
Menjelang keluarnya hasil PCR, pasien terkait telah diisolasi untuk mendapati perawatan secara intensif oleh petugas medis di Puskemas Tanjung Samak Kabupaten Kepulauan Meranti.
Dari suspect tersebut, terdapat 10 orang kontak erat yang telah diperiksa. Namun ia membeberkan tidak didapati pasien yang memiliki gejala sama. "Tidak ada yang memiliki gejala dari sepuluh orang kontak erat," ujarnya.
Ditambahkan Fahri, langkah-langkah pencegahan dan persiapan pengendalian konsisten dilakukan oleh Satgas. Selain skrining tentunya pencegahan pelanggaran prokes dan percepatan vaksinasi. Berdasarkan data Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) terakhir, ia membeberkan jika realisasi vaksinasi dosis pertama di Kepulauan Merantu telah mencapai 80,22 persen atau, 128.659 jiwa.***SOI-1