SULUHONLINE ID (KELAYANG) - Pulau Sengkilo merupakan salah satu desa melayu yang kental dengan adat istiadat. Disetiap momen kegiatan, masyarakatnya masih menggunakan tradisi atau adat istiadat yang berlaku di desa tersebut.
Hal ini dibuktikan dengan kegiatan pernikahan, berzanji, bermufakat mengambil keputusan dan bahkan tradisi turun temurun seperti turun mandi anak bayi yang baru lahir pun sampai sekarang masih kental di desa Pulau Sengkilo.
PJ Kepala Desa (Kades) Pulau Sengkilo, Satria Warman SPd membenarkan masyarakat desa Pulau Sengkilo yang masih menjaga tradisi dari nenek moyang secara turun temurun.
“Seperti yang saya sampaikan, desa Pulau Sengkilo ini sangat kental akan adat istiadat. Banyak momen yang terkadang memang harus dilaksanakan secara adat, terutama di momen pernikahan. Saking sakranya, jika ada aturan atau pedoman yang di langgar maka tetua adat akan memberikan sanksi kepada si pelanggar dan sanksi paling berat bisa saja di usir dari desa,” papar Satria kepada sejumlah media, Rabu 30 November 2024.
Disampaikan, Satria, Tradisi Desa Pulau Sengkilo sebenarnya hampir sama dengan desa tetangganya seperti Desa Kota Medan, Sungai Golang dan lainnya, tetapi untuk penerapannya lebih kental di Desa Pulau Sengkilo.
Dijelaskannya, hal tersebut merupakan salah satu bentuk kecintaan masyarakatnya terhadap kampung halamannya sehingga sangat menjaga apa yang sudah menjadi tradisi atau kebiasaan di desa tersebut.
Desa Pulau Sengkilo memiliki 3 Masjid serta 7 mushola yang menunjang pusat ibadah masyarakatnya yang menganut agama Islam 100 persen.
" Masjid dan Mushola semuanya tersebar di sepanjang desa Pulau Sengkilo, dari dusun 1 hingga ke dusun 6," ujarnya.
Selain pemerataan tempat ibadah, sekolah-sekolah keagamaan juga banyak di desa Pulau Sengkilo. Seperti MDTA sampai Madrasah Aliyah ada di desa tersebut.
Anak-anak masyarakatnya banyak yang bersekolah di pondok-pondok pesantren yang tersebar di provinsi Riau maupun provinsi lainnya. Hal ini menunjukan tingginya tingkat kepekaan masyarakatnya terhadap bidang keagamaan.
Setiap mendekati waktu maghrib, setiap masjid, surau ataupun rumahan selalu didatangi oleh anak-anak untuk belajar mengaji dengan guru ngaji yang berdekatan dengan domisilinya. Hal seperti it uterus berulang dari generasi ke generasi berikutnya.
“Adat bersendikan syarak, syarak bersendikan kitabullah. Itulah yang selalu dipegang masyarakat desa Pulau Sengkilo,” jelas Satria lagi.
Desa Pulau Sengkilo yang memiliki 2.457 jiwa penduduk memiliki penghasilan pokok atau utamanya dari hasil pertanian . Hampir 60 persen dari masyarakatnya bergantung hidup dengan bertani, seperti menanam sayuran, buah-buahan dan lainnya.
Hal ini sebanding dengan geografisnya yang berada di tepi sungai Indragiri sebelah timur dan berbatasan dengan rawa sebelah barat, sehingga tanah di desa tersebut sangat bagus dibidang pertanian. ** (SOI.2/JMSI Inhu)